Selasa, 31 Januari 2012

J50K-3 : PRAHARA DI DISTRIK KUALA MENGGALA

Astri memasukkan modem ke salah satu slot USB Netbooknya.

Dia langsung membuka Google dan mengetik “Kuala Menggala, Lengkawang”.

Kuala Menggala adalah salah satu kecamatan dengan Otorisasi Khusus di Kota Administratif Lengkawang, Jawa Timur, Indonesia. Otorisasi khusus diberikan kepada Kuala Menggala dikarenakan Keputusan Bersama 5 Juni 1972 antara pejabat dan tokoh masyarakat dari Kuala Menggala dan Pemerintah Kota Lengkawang. Keputusan bersama juga termasuk mengenai penyebutan Kuala Menggala sebagai bukan lagi Kecamatan melainkan disebut Distrik.

Astri kemudian membuka website resmi Distrik Kuala Menggala.

“Waaw” Astri berdecak kagum.

Untuk Tampilan Situs Pemerintahan jelas situs pemerintahan Kuala Menggala sangatlah istimewa. Apalagi untuk sebuah pemerintahan selevel kecamatan. Sangat Lengkap, terlihat seperti situs sebuah perusahaan Multinasional. Hampir sulit dipercaya situs laman sebaik ini dikelola oleh Pemerintahan Kecamatan. Dia kemudian paham kenapa Kuala Menggala bisa sedemikian makmurnya dan seolah-olah seperti sebuah daerah yang ‘angkuh’ dengan meminta otorisasi khusus bahkan ‘tidak mau’ untuk disebut kecamatan padahal levelnya setara seperti itu.

Kuala Menggala sebelumnya sama seperti dengan kecamatan-kecamatan pada umumnya, hingga kemudian pada Tahun 1967 terjadi Gempa di Pulau Jawa dengan titik gempa pada perairan di dekat Kota Lengkawang. Karena berada di dekat Titik Gempa secara otomatis Kota Lengkawanglah yang paling banyak terkena dampak dari Gempa tersebut demikian pula dengan Kuala Menggala. Namun ternyata disamping banyaknya kerusakan material disana-sini gempa itu membawa berkah bagi Masyarakat Kuala Menggala. Karena Kuala Menggala sebagai salah satu wilayah kecamatan terluas dimana beberapa wilayahnya adalah bebukitan dan ternyata gempa tadi secara ajaib seperti memuntahkan emas dari perut bumi d bebukitan tersebut. Bebukitan yang kering dan cadas di Kuala Menggala ternyata menyimpan emas yang luar biasa di perut buminya yang sangat dalam. Dengan adanya gempa, emas itu seolah terangkat dan sangat memudahkan warganya untuk menambangnya. Adapun daerah yang paling banyak mengandung emas adalah Wilayah Gunung Leres.

Disisi lain, hampir sebagian besar wilayah di Gunung Leres dan sekitarnya pada waktu itu dimiliki oleh seorang Tokoh Masyarakat yang disegani yaitu Pak Sastrono. Pak Sastrono adalah tokoh yang sangat dihormati. Beliau memang orang yang sangat berwibawa. Akhirnya Pak Sastrono diminta untuk menjadi Pimpinan wilayah Kuala Menggala pada waktu itu. Hingga saat ini, meskipun dengan mekanisme pemilihan langsung, tradisi kepemimpinan keturunan Sastrono masih berjalan. Pak Sastrono digantikan oleh putranya, dan dilanjutkan keturunan-keturunan berikutnya.

Dengan memiliki emas yang melimpah dan pemerintahan yang baik, masyarakat Kuala Menggala sangatlah baik perekonomiannya. Sebenarnya Kuala Menggala ingin menjadi Kota sendiri lepas dari Lengkawang. Tetapi berhubung letak Kuala Menggala berada di agak tengah dari Kota Lengkawang dan beberapa pertimbangan Lainnya, disepakatilah beberapa hal mengenai Kuala Menggala pada 5 Juni 1974 dimana salah satunya adalah penggunaan kata Distrik, bukan kecamatan sebagaimana kecamatan-kecamatan lainnya di Lengkawang.

Astri tersenyum, membaca sekilas sejarah Kuala Menggala Astri seperti membaca riwayat mengenai sebuah tempat di negeri dongeng. Suatu daerah yang nyaris bukan apa-apa, kemudian mendapatkan keajaiban, lalu sekarang menjadi sedemikan makmurnya dengan dipimpin oleh pemimpin yang seolah-olah seperti raja karena mendapatkan kedudukannya secara turun temurun. Ada memang beberapa daerah di Indonesia yang kepala daerahnya mirip seperti sebuah kerajaan. Setelah suaminya yang walikota menjabat dua periode, dilanjutkan istrinya, lalu istrinya sudah dua periode, dilanjutkan putranya, begitu terus entah sampai siapa. Ada juga seperti di Banten yang hampir semua kepala daerahnya adalah keluarga sang gubernur. Tapi di Kuala Menggala ini berbeda, seperti misalnya Istri Kepala Distrik, dia tidak pernah kemudian menjadi Kepala Distrik. Pak Sastrono setelah menjabat dua periode sebagai kepala distrik digantikan oleh Hadi, Putra Pertamanya. Setelah Hadi digantikan oleh Arif, Adik dari Hadi atau Putra Bungsu Pak Sastrono, kebetulan diantara 4 anak Pak Sastrono hanya Arif dan Hadi-lah yang putra. Setelah Arif adalah Kepala Distrik saat ini, yakni Sastranata yang merupakan putra pertama dari Hadi. Sastranata akan berakhir pada tahun ini, dan dia adalah anak tunggal. Sementara Sepupu-sepupunya semuanya adalah Putri, ada sepupunya yang putra tetapi telah meninggal beberapa tahun belakangan ini. Sebenarnya Sastranata memiliki putra, tetapi putranya ini sangat tidak menyukai dunia politik sehingga merantau dan tinggal di Ibukota, Jakarta. Kemungkinan yang akan menjadi penggantinya adalah calon suami dari Putrinya. Kalau memang benar demikian, ini untuk pertama kalinya pemerintahan Kuala Menggala akan dipimpin oleh bukan keturunan asli dari Sastrono setelah 40 tahun.

Astri kemudian meng-klik informasi lain dari situs yang berbeda. Kali ini berita, berita mengenai putri kepala distrik Lengkawang yang bunuh diri. Zuliana, Putri Kepala Distrik Lengkawang yang memimiliki gangguan psikologis membunuh dirinya sendiri dengan menembak diri. Sebuah senjata tergeletak di dekat tubuhnya. Astri melihat tanggal berita itu, kemarin. Ada-ada saja, pikir Astri, padahal suami dari sang putri inilah yang akan melanjutkan kepemimpinan dari sang Ayah.

Astri kemudian menutup semua program yang dibukanya, dan men-shut down notebook-nya. Tekadnya sudah bulat, dia akan ke Distrik Kula Menggala di Kota Lengkawang esok pagi-pagi sekali, dia tidak sabar ingin menemui langsung Abangnya yang tidak pernah mengkontak dirinya beberapa bulan terakhir. Dia akan mencari alamatnya, mendatangi rumahnya, dan memberikan kejutan.

--------------------------------000--------------------------------------

Fikar mengecek semua koper dan tasnya, Komplit.

Fikarpun keluar menuju kerumunan para penjemput sambil menduga-duga sosok yang akan menjemputnya,

“Mas Zulifikar...”

Sebuah suara mengagetkannya dari belakang, Fikarpun berbalik,

“Pak Sasongko, Alhamdulillah... Gimana kabar pak?” Fikar menjabat tangang Lelaki paruh baya yang telah dia kenal sejak masih kecil,

“Alhamdulillah baik Mas Fikar... “ Jawab Pak Sasongko sambil tersenyum,

“Saya kira yang njemput saya Mas Andi Pak Sas...”

“O... Andi Cuma ditugaskan menghubungi Mas Fikar sama membookingkan tiket pesawat, saya ini tadi udah berangkat ke Juanda duluan buat njemput mas Fikar “

Fikar tiba-tiba merasa tersentak,

Sejenak tadi dia lupa dalam rangka apa dia melakukan perjalanan ini, namun sekarang teringat kembali. Matanya tiba-tiba berkaca-kaca.

Pak Sasongko sambil menarik koper Fikar melihat perubahan Fikar.

“Yang sabar Mas Fikar... Didoakan saja Mbak Ana...”

Fikar mengangguk-angguk.

“Ana menembak dirinya sendiri ya Pak Sas?”

Pak Sasongko tiba-tiba menghentikan langkahnya menuju mobil..

“Kabarnya demikian Mas Fikar...”

“Saya merasa kok tidak seperti itu ya Pak Sas... “

“Merasa gimana Mas ?”

“Aku merasa Ana itu kuat, meski dia terkadang terlihat sangat rapuh...

Fikar menarik nafasnya panjang, “Rasa-rasanya dia tidak selemah itu untuk membunuh dirinya sendiri...”

Pak Sasongko terdiam sambil memasukkan koper dan tas Fikar ke dalam bagasi. Dalam hati, dia, Pak Sasongko juga mengimani pendapat Fikar. Cukup lama Pak Sasongko menjadi sopir di keluarga besar, dia mengenal cukup baik Fikar dan Ana. Namun apa yang terjadi beberapa waktu terakhir turut juga menjadi kebingungan serta keprihatinan bagi Pak Sasongko.

Mobil Toyota Innova hitam yang membawa Fikar melaju keluar dari parkiran Bandara Juanda untuk kemudian melaju terus ke Timur menuju Distrik Kuala Menggala, Kabupaten Lengkawang . Entah kenapa Fikar merasa sangat letih dan mengantuk, diapun kemudian tidur. Dalam mimpinya terbayang-bayang memori masa kecilnya bersama Ana, Saudarinya yang kini telah meninggalkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar